Jangan Tunggu Sakit Dulu untuk ke Dokter Gigi
09 Agustus 2010
Hampir sebagian orang tidak menyukai mengunjungi dokter gigi.
Ada beberapa orang yang sebegitu traumanya dengan dokter gigi, baru
mendengar namanya saja gigi langsung terasa ngilu. Lalu bagaimana
caranya supaya kita tidak takut ke dokter gigi, padahal merawat
kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk dilakukan sejak dini,
terutama rutinitas mengunjungi dokter gigi yang sebaiknya dilakukan
setiap 6 bulan sekali.
Bagi buah hati Anda, peran Anda
sebagai orangtua sangatlah besar dalam membentuk pola pemeliharaan
kesehatan mulut si kecil. Hal ini dimulai dengan memperkenalkan cara
menggosok gigi yang benar, kapan waktu yang tepat untuk menggosok gigi,
cara merawat alat-alat untuk perawatan gigi, hingga rutin mengunjungi
dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
Berkunjung ke dokter gigi
idealnya dilakukan sebelum terjadi kerusakan dalam rongga mulut, atau
sebelum keadaan menjadi parah hingga butuh perawatan invasive
(lebih dalam) dan menimbulkan keengganan untuk melanjutkan, karena jika
kita ke dokter gigi dalam kondisi sudah terjadi kerusakan dan sakit,
maka kita (terutama anak-anak) akan merasa trauma dan takut untuk
memeriksakan gigi lagi. Padahal penting sekali memeriksakan gigi ke
dokter gigi secara rutin.
Lalu mengapa harus 6 bulan sekali?
Karena seringkali gigi yang sulit dijangkau terutama gigi belakang sudah
ada lubang atau kerusakan tanpa kita sadari. Selain itu dengan
berkunjung rutin, dokter dapat memberikan informasi mengenai
tahapan-tahapan perawatan kesehatan gigi dan mulut. Bila dokter gigi
dengan alat pengobatannya sudah bisa mendeteksi kerusakan sejak dini,
kita juga dapat mendapatkan informasi yang jelas sejak awal hingga tidak
salah dalam mengambil tindakan.
Bagaimana caranya mengajak
buah hati agar mau mengunjungi dokter gigi? Mudah kok. Sejak dini,
perkenalkan ia dengan suasana ruang praktik gigi. Mintalah dokter untuk
memperkenalkan diri dengan ramah serta alat-alat yang akan digunakan
dalam ruang praktiknya. Untuk lebih mudahnya, carilah dokter gigi anak
yang memang lebih terlatih untuk lebih sabar dan ramah dalam mendekati
anak-anak, serta memiliki peralatan pengobatan khusus agar mereka nyaman
sewaktu melakukan perawatan gigi.
Selain itu, hindari
penggunaan 'ancaman' dalam konteks perawatan gigi. Misalnya, "Ayo sikat
gigi, nanti kalau gigimu berlubang harus dicabut oleh dokter lho!", dan
semacamnya. Hal ini akan tertanam dalam benak anak bahwa mengunjungi
dokter gigi berarti akan mengalami sesuatu yang menyakitkan. Berikan
stimulus menyenangkan agar anak mau ke dokter gigi, bahkan dengan
memberi iming-iming hadiah bila anak mau ke dokter gigi juga tidak ada
salahnya.
Intinya, rutin berkunjung ke dokter gigi setiap 6
bulan sekali selain untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, juga sebagai
upaya untuk menumbuhkan kesadarannya sejak dini dalam hal perawatan
kesehatan gigi dan mulut, dan tentunya membantu proses tumbuh kembang
anak agar tidak terganggu.