Sabtu, 11 juni 2022 Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam sukses mengadakan Seminar Nasional, yang mengangkat tema “Hidupkan Tradisi Lampaui Modernisasi”, Seminar Nasional ini berlangsung di gedung graha UIN Raden Mas Said Surakarta. Peserta yang hadir mencapai 100 orang dan dihadiri oleh peserta umum diberbagai daerah.
Seminar Nasional kali ini mengundang 2 pemateri, antara lain M. Yaser Arafat, S.Sos., MA beliau merupakan Dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta salah satu karya beliau yang terbaru yaitu Nisan Hanyakrakusuman: Batu Keramat dari Pasarean Sultanagungan di Yogyakarta yang terbit pada tahun 2021. Dan pemateri yang kedua yaitu Fahmi Malik Namus Akbar beliau merupakan Tenaga Pendidik dari MA WH Yogyakarta dan karya beliau yang terbaru yaitu Catatan Kepedulian yang terbit pada tahun 2021. Ini merupakan kebanggaan tersendiri untuk mahasiswa UIN Raden Mas Said bisa bertemu langsung dengan pemateri yang sangat luar biasa, selain bertemu dengan dua pemateri ini, peserta juga mendapatkan banyak ilmu serta bisa berdiskusi langsung dengan pemateri terkait materi yang di sampaikan.
Pada Seminar Nasional ini materi yang pertama menyampaikan tentang pengaruh adanya modernisasi yang mulai melengserkan budaya masyarakat Indonesia. Lunturnya nilai luhur budaya yang terkikis oleh budaya barat dan sikap egosentris dimana manusia hanya mementingkan diri sendiri dan melupakan budaya dan alam semesta tempatnya tinggal. Dalam budaya masyarakat Indonesia khususnya pulau Jawa ini sangat kaya dan beragam. Sehingga budaya di tanah Jawa ini melahirkan banyak warisan yang otentik dan memiliki value yang tinggi dibandingkan dengan budaya barat. Kekayaan warisan budaya Jawa ini ditandai dengan adanya berbagai macam motif batik dan nilai estetika dalam gerakan seni tari, dan seluruh aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat, yang mana itu bukan sekedar simbol atau ornamen https://sattamatkagamesearn.com/. Tetapi hal tersebut merupakan wejangan/pepatah leluhur kita yang sangat berguna jika kita mengambil manfaat yang sesuai dengan kondisi dan keadaan kita hari ini. Dan kita sebagai generasi muda dan generasi penerus haruslah tetap menjaga budaya yang di tinggalkan nenek moyang kita, sehingga tidak ada lagi kasus pengadopsian budaya. Kemudian pada materi kedua Raden Fahmi menyampaikan tentang pentingnya menyeimbangkan budaya, agama dan teknologi. Tiiga hal tersebut bukanlah kombinasi yang rumit apabila kita bisa menempatkan hal tersebut pada porsi yang pas . Generasi penerus harus memiliki agama yang kuat, karena ini merupakan landasan atau benteng diri yang menghubungkan antara sang Khaliq dengan dirinya. Agama adalah pegangan, berasal dari bahasa Jawa yakni “a” yang berarti tidak dan “gama” brarti kacau . Jadi orang yang memiliki agama itu tidak akan kacau, karena agama memiliki aturan. Atau ada juga yang mengatakan bahwa agama itu berasal dari kata “ageman” yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti pegangan. Nah kemudian ada budaya, budaya adalah segala daya dari budi, yakni cipta, rasa dan karsa. Budaya ini merupakan pondasi utama yang mendasari lahirnya rasa cinta dalam diri calon generasi penerus terhadap tanah airnya. Kemudian ada teknologi. Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan teknologi oleh manusia dimulai dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana yang lahir pada era globalisasi. Dan ketiga hal tersebut; agama, budaya dan teknologi hari ini tidak berkembang secara seimbang hal tersebut disebabkan oleh krisisnya identitas generasi muda, mereka tidak mengerti apa yang menjadi tujuan hidupnya, bagaimana sejarah dan landasan negara Indonesia ini. Adanya ketidakseimbangan ini menghasilkan generasi yang suka ikut-ikutan dan rasis terhadap suatu hal tertentu yang kemudian itu melahirkan fanatisme. Tugas kita sebagai generasi penerus adalah memupuk rasa cinta tanah air, menjaga dan melestarikan budaya dan warisan leluhur serta mempelajari perkembangan teknologi agar terciptanya negara maju yang penuh Budi pekerti. Jangan menghilangkan ke-Jawaanmu karena itu adalah warisan yang nilainya sangat tinggi dan tidak bisa disetarakan dengan apapun. Jangan malu dengan Jawa mu karena itu salah identitasmu, banggalah karena Jawa itu kaya, budaya itu luarbiasa, warisan kita sangat indah dan istimewa. Rahayu Rahayu! Tomantoto
Dari dua materi diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa sebagai generasi millenial, menjaga kebudayaan adalah sebuah keharusan yang mana budaya tersebut ditinggalkan oleh nenek moyang kita sebagai pegangan atau alat yang sangat bermanfaat untuk kehidupan. Jangan membuat perpecahan, cintalah terhadap kedamaian saling kasih menyayangi, berjalanlah berdampingan dan hindari perpecahbelahan karena itu awal dari kesengsaraan . Dari materi yang sangat luar biasa ini, semoga kita senantiasa menjaga, mengingat, dan terus melestarikan budaya bangsa yang hampir sirna karna ditelan arus Modernisasi.