Kamu perlu ganti
sikat gigi setiap tiga bulan dan harus merawatnya dengan baik. Jelas,
hal ini jauh lebih urgen daripada ganti presiden lima tahun sekali!
Manusia dilahirkan dengan satu hal mengesalkan yang mutlak dan tak terhindarkan: punya bau mulut yang tercium sejak bangun tidur,
bahkan hingga malam hari menjelang tidur kembali. Salah satu cara
mengatasi “kekurangan” ini, tentu saja, adalah dengan menggosok gigi
secara rutin, agar bakteri yang berkembang dan bersarang di sela-sela
gigi bisa pergi jauh-jauh kayak kenangan masa lalu.
Nah
masalahnya, pernahkah kamu berpikir soal sikat gigi itu sendiri?
Bulu-bulu sikat gigi inilah yang bakal menyentuh gigi kita, menyapu
bersih permukaannya, menendang bakteri-bakteri jahat dengan bantuan
pasta gigi, tapi…
…ia juga ditinggalkan di kamar mandi, tempat
yang konon menyimpan banyak sekali bakteri tak terlihat. Kalau begitu,
tidakkah sebaiknya kita patut “curiga” pada kebersihan sikat gigi?
Selain
kemungkinan kurang sterilnya tempat kita menyimpan sikat gigi, mulut
kita pun bisa menjadi alasan kenapa sikat gigi harus kita waspadai
sebagai media yang justru menyimpan bakteri. Mau bagaimana lagi, mulut
kita, kan, memang sumber bakteri, mylov. Selama masa penggosokan gigi, bukan tidak mungkin bakteri-bakterinya itu justru “pindahan” ke sikat gigi, kan?
Lantas, apa dong yang harus kita lakukan agar terhindar dari kemungkinan-kemungkinan itu???
Karena kita nggak mungkin mengganti mulut kita masing-masing (yaiyalah!), kita bisa melakukan hal lain yang tak kalah penting: ganti sikat gigi dalam jangka waktu tertentu.
Dikutip dari Hellosehat.com, sebuah
laporan kesehatan dari The American Dental Association menyebutkan
bahwa proses ganti sikat gigi semestinya dilakukan setiap tiga hingga
empat bulan sekali. Wah, wah, wah, dari jangka waktu yang cukup pendek
ini kita bisa menilai satu hal: agaknya, ganti sikat gigi memang jauh
lebih urgen dibandingkan ganti presiden yang lima tahun sekali!
Selain
itu, jika bulu-bulu sikat gigi memang sudah rusak, kita pun semestinya
tak perlu menunggu lebih lama—langsung ganti saat itu juga! Pasalnya,
bulu-bulu yang rusak hanya akan membuat gusi jadi berdarah.
Dibandingkan
dengan sikat gigi orang dewasa, sikat gigi anak-anak harus lebih sering
diganti karena bulu-bulu sikatnya cenderung lebih cepat rusak. Selain
bulu, kita juga harus memperhatikan warna sikat. Kalau memang sudah
berubah warna, ya ngapain kamu nunggu-nunggu lagi untuk ganti sikat
gigi?
Tapi, tunggu dulu—bahkan setelah kamu ganti sikat gigi
setiap tiga bulan, kamu tetap harus melakukan beberapa hal penting untuk
menjaga sikat gigimu agar tetap “aman” kamu gunakan. Sama seperti hati,
sikat gigi juga perlu kamu jaga dan rawat dengan baik dan penuh
pertimbangan sebagai berikut:
Pertama, kamu tidak perlu
menyimpan sikat gigi pada tempat tertutup. Sebaiknya, sikat gigi dengan
tempat terbuka justru jauh lebih baik karena bisa cepat kering. Mengapa
hal ini penting? Tentu saja untuk menghindari tumbuhnya bakteri di sikat
gigimu, lah, mylov~
Kedua, kalau kamu sudah
keburu membeli sikat gigi dengan penutup kepalanya, jangan berkecil
hati. Tidak apa-apa—kamu tidak melakukan hal yang kriminal, kok. Gunakan
penutup kepala sikat hanya setelah sikat gigimu kering.
Ketiga, manfaatkan
air keran untuk membersihkan sikat gigi. Kalau masih khawatir sikatmu
akan jadi tempat bersarangnya kuman sampai-sampai kamu merasa perlu
ganti sikat gigi setiap hari, gunakanlah obat kumur dengan kandungan
antiseptik. Obat semacam ini ampuh melawan bakteri dan mikroorganisme.
Keempat, jangan
tuker-tukeran sikat gigi. Jelas, hal ini tak ada faedahnya sama sekali.
Memangnya kamu mau berbagi kuman, bakteri, dan mikroorganisme dengan
orang lain dengan penuh risiko???
Haduh, sudahlah, cukup pengalaman cintamu saja yang penuh risiko—mulutmu jangan.