KONDISI mulut yang kering saat berpuasa berpotensi
menimbulkan bau mulut. Tentu saja kondisi ini sangat mengganggu. Lalu
bagaimana mengatasinya?
Bau mulut atau halitosis merupakan permasalahan umum yang dialami
mereka yang berpuasa. Kondisi ini tentu bisa menurunkan rasa percaya
diri ketika berinteraksi dengan orang lain. Seperti dijelaskan oleh drg
Ratu Mirah Afifah, GCClinDent, MDSc selaku pakar kesehatan gigi dan
mulut, ketika sedang berpuasa kita tidak makan ataupun minum seharian,
otomatis produksi air liur yang berfungsi membilas kuman penyebab plak
dan bau mulut menjadi menurun drastis.
“Puasa itu panjang waktunya dari pukul 05.00 sampai pukul 18.00.
Jadi selama 13 jam tidak ada asupan mempengaruhi jumlah air liur yang
diproduksi,” ujar drg. Ratu Mirah pada temu media bertajuk “Pepsodent
Herbal Sahur Amal 2019: Mulut Adem, Hati Adem” di Menteng, Jakarta belum
lama ini. Ia melanjutkan, mulut yang kering membuat bakteri akan
berkembang biak karena tidak adanya pembilasan dari air liur.
Kondisi inilah yang menghasilkan gas berbau tidak sedap dari
dalam mulut. Bakteri penyebab bau mulut ini akan semakin berkembang
kalau kita tidak menyikat gigi setelah sahur. Maka itu pastikan Anda
menyempatkan diri untuk menyikat Gigi setelah sahur dan berbuka. Bukan
hanya Gigi yang disikat, permukaan lidah juga perlu disikat sebab ada
banyak bakteri yang menumpuk di area itu.
Sebelum berangkat tidur, kembali ulangi sikat gigi. Kandungan
bahan-bahan alami di dalam Pepsodent Herbal sendiri yaitu daun sirih dan
garam adalah bahan anti kuman yang dapat merawat gigi dan mulut tetap
sehat, disertai kandungan jeruk nipis yang dikenal dapat memberikan rasa
segar.
Nah, saat berpuasa drg. Ratu Mirah juga menyarankan untuk
berkumur namun jangan sampai tertelan agar puasa tidak batal. Perhatikan
pula asupan cairan selama bulan Ramadhan. Termasuk memperbanyak makanan
berserat seperti buah dan sayur saat sahur dan berbuka. Ada beberapa
minuman yang perlu dikurangi saat berpuasa, minuman ini mempercepat
dehidrasi misalnya minuman tinggi kafein dan bergula. “Makanan kaya
serat dapat meningkatkan produksi air liur termasuk kurma. Kurma kaya
akan kalsium, floride, dan serat yang sangat baik untuk menjaga
kesehatan gigi serta mulut,” tutur drg. Ratu Mirah.
Pada kesempatan terpisah, drg. Adianti MDSc, Sp Ort mengatakan,
meski tidak dapat dicegah namun halitosis dapat diminimalisir selama
puasa. “Dengan membersihkan sumber infeksinya. Seperti lubang gigi
ditambal, karang gigi dibersihkan, dan sisa akar dicabut,” beber drg.
Adianti Pastikan tidak ada sisa makanan di sela-sela gigi. Sisa makanan
yang tidak dibersihkan ini seperti akan menimbulkan bau mulut.
Gigi juga harus benar-benar bersih sebelum berpuasa. Jangan ada
plak di gigi karena hal itu juga memicu menyebabkan bau mulut. Plak
adalah bagian di gigi yang menempel bila kurang bersih menyikat gigi.
Bila kuku digoreskan ke gigi dan ada bagian yang menempel di gigi itulah
plak. Penambahan obat kumur untuk mengurangi bau mulut perlu
diperhatikan.
Mengingat bisa berpotensi membuat mulut menjadi lebih kering
terutama yang mengandung alkohol. Lebih jauh, mengangkat tema “Pepsodent
Herbal Sahur Amal 2019: Mulut Adem, Hati Adem”, Pepsodent Herbal
menargetkan untuk membagikan paket sahur ke ratusan Panti Asuhan yang
tersebar di beberapa kota besar di Indonesia.
Distya Tarworo Endri selaku Senior Brand Manager Pepsodent
menjelaskan, Program ’Pepsodent Herbal Sahur Amal’ telah menjadi program
rutin yang kami selenggarakan sejak 2013 lalu, dan hingga kini telah
membagikan ratusan ribu paket sahur kepada anak-anak yatim piatu yang
membutuhkan. ”Melalui program ’Pepsodent Herbal Sahur Amal’, kami ingin
menginspirasi sebanyak mungkin kaum muslim bahwa berpuasa akan terasa
lebih bermakna dengan mulut dan hati yang adem. Dimana gigi dan mulut
yang bersih terawat akan membawa dampak positif terhadap kenyamanan kita
dalam beribadah di bulan Ramadhan,” lanjut Distya.
Sebagian besar kasus halitosis muncul (90%) karena adanya masalah
di dalam mulut seperti oral hygiene yang buruk, karies, karang gigi,
dan penyakit periodontal. Sedangkan 10 persen kasus halitosis lainnya
disebabkan oleh berbagai faktor di luar mulut mulai dari penyakit
gastroinstestinal, infeksi saluran respiratori, tonsilitis hingga
penyakit sistemik. (Koran Sindo)