Sakit gigi
ternyata menjadi masalah kesehatan yang tak hanya dialami orang dewasa
tapi juga anak-anak. Sebuah studi yang dilakukan Pepsodent kepada 506
anak di Indonesia menemukan bahwa 64 persen anak Indonesia yang disurvei
mengalami sakit gigi selama satu tahun terakhir.
Disampaikan drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc. selaku Division
Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan
Unilever Indonesia, dari jumlah tersebut, 41 persen diantaranya
menyatakan bahwa intensitas rasa sakitnya mencapai tingkat sedang hingga
berat.
"Masalah ini ternyata menyebabkan mereka menemui banyak kesulitan di
sekolah, baik dalam meraih prestasi akademis maupun bersosialisasi,"
ujar drg. Mirah dalam peringatan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia
di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Ia mengatakan, survei ini merupakan
bagian dari survei global yang dilakukan Pepsodent di delapan negara
yakni Chili, Mesir, Perancis, Italia, Indonesia, Amerika Serikat, Ghana
dan Vietnam. Lebih lanjut drg Mirah menambahkan, akibat sakit gigi, 37
persen anak mengaku harus absen dari sekolah dengan jumlah absen
rata-rata dua hari per anak dalam setahun.
Rasa
sakit pun menyebabkan 29 persen dari anak-anak tersebut mengalami
gangguan tidur sehingga terpaksa harus sekolah dalam keadaan mengantuk.
Didapati pula sebagian besar dari mereka sulit berkonsentrasi dan tidak
bisa turut aktif dalam berbagai kegiatan sekolah, akhirnya kemampuan
mereka untuk menyerap materi pelajaran menjadi sangat terganggu.
"Dari hasil survei ini kita bisa lihat
bahwa sakit gigi tidak hanya berpengaruh ke kesehatan rongga mulut tapi
juga masa depan anak secara keseluruhan," imbuh dia.
Lebih
jauh, survei global ini juga menyoroti peranan orang tua dalam
membiasakan anak mereka menjaga kesehatan gigi sejak dini. Meskipun 90
persen dari orang tua di Indonesia yang terlibat di dalam survei ini
mengaku bahwa anak-anak mereka sudah menyikat gigi dua kali sehari,
namun 24 persen dari mereka memperbolehkan anak-anaknya untuk terkadang
melewatkan sikat gigi pada malam hari bahkan 21 persen diantaranya menjadikan hal ini sebagai sebuah bentuk reward.
"Belum lagi, 79 persen dari orang tua
juga menyebutkan bahwa mereka baru mengajak anak mengunjungi dokter gigi
saat masalah sudah timbul, bukan sebagai kunjungan rutin yang
seharusnya dilakukan minimal 6 bulan sekali. Hal ini akhirnya
menyebabkan anak-anak menjadi lebih rentan untuk mengalami sakit gigi,"
kata Drg Mirah.
Untuk mengedukasi anak-anak dan orang tua
pentingnya menjaga kesehatan gigi sejak kecil, Pepsodent kata drg Mirah
kembali melakukan pemeriksaan gigi gratis, sekaligus mengedukasi
masyarakat Indonesia khususnya anak-anak untuk merawat kesehatan gigi
dengan menyikat gigi mereka pada pagi dan malam hari, serta memeriksakan
diri ke dokter gigi setidaknya enam bulan sekali.