“Bermimpi, Mengabdi, Memberi Arti”

Gracety Shabrina (Pendiri DentsDo)

Pandeglang – Hari kemerdekaan Indoensia selain diperingati sebagai hari berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesi juga sering dijadikan perenungan terhadap jasa para pahlawan. Berbagai acara dihelat dari upacara hingga perlombaan-perlombaan. Tapi bagi sekelompok Dokter Gigi yang menamakan dirinya DentsDo, perayaan hari Kemerdekaan menjadi momen yang berbeda. Di tengah hingar bingar perayaan, mereka memilih mengisi hari kemerdekaa RI dengan Aksi Indonesia Unjuk Gigi di salah satu kawasan paling ujung pulau Jawa.

Dentist Day Out atau sering disebut DentsDo adalah komunitas Dokter Gigi dari FK Unpad Bandung yang terbentuk sejak 2012. Kala itu Garcety Sabrina (Eci) sebagai salah satu pendiri komunitas tersebut menuturkan bahwa suatu kali, saat ia bepergian ke Karimunjawa, ia menjumpai sulitnya akses kesehatan di daerah tersebut. Hal ini merubah cara pandangnya, dan menggerakkan hatinya untuk melakukan sesuatu. Ia bersama Annisa Trihapsari, Gisha L, Muthi Hisna dan beberapa kawan lain yang semuanya berjumlah 11 orang bersepakat mendirikan Dentist Day Out (DesntDo).

Dari sekedar jalan – jalan biasa, melalui DentsDo agenda sosial kini terselip sebagai salah satu agenda inti. Dalam perjalannya, meski sempat mengalami masa vakum hampir selama 2 tahun yakni pada tahun 2016 – 2018 karena terkendala legalitas praktik dokter, namun DentsDo menolak untuk tenggelam oleh zaman.

Indonesia Unjuk Gigi yang diselenggarakan pada tanggal 17 – 19 Agustus di salah satu SMP terpencil Desa Ciburial, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang adalah salah satu titik balik DentsDo. Memilih momen Hari Kemerdekaan RI ke – 73 sebagai titik balik barangkali menjadi pilihan yang bukan semabrangan. Apalagi memilih salah satu daerah terpencil di ujung barat pulau Jawa tentu menjadi penanda konsistensi prinsip pergerakan DentsDo sejak 2012 yakni “Bermimpi, Mengabdi, Memberi Arti”. Maka tak salah jika mereka menggelari Event Indonesia Unjuk Gigi ini sebagai momen “DentsDo Reborn”.

Fenomena kesenjangan pelayanan kesehatan seperti yang disaksikan Eci di Karimunjawa adalah kondisi yang jamak terjadi di daerah terluar di Indonesia. Seperti di Ciburial, Kabupaten Pandeglang , tempat Indonesia Unjuk Gigi dihelat. Disana terdapat 6 puskesmas yang tidak menyediakan dokter umum sebagai tenaga medisnya. Untuk Dokter Gigi, kondisinya lebih mengkhawatirkan lagi.

Menurut Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017, di daerah Banten terdapat setidaknya 233 puskesmas. Namun dari jumlah tersebut hanya 80 puskesmas yang mempunyai pelayanan standar, itupun tersebar di 5 kecamatan saja. Sedangkan untuk dokter kesehatan, Banten mempunyai 42.898 Dokter Umum, 11.717 Dokter Gigi, dan 1.718 Dokter Spesialis Gigi. Dari jumlah tersebut sebanyak 255 Dokter Gigi dan 110 Dokter Spesialis Gigi tersebar di Puskesmas.

Data tersebut memang terlihat bagus, namun rata – rata dokter tersebar hanya di daerah pusat kabupaten saja. Jika ditelisik lebih lanjut, menurut data BPJS untuk Kabupaten Pandeglang tidak ada satupun Dokter Umum maupun Dokter Gigi yang terkoneksi dengan fasilitas tersebut. Padahal kemampuan ekonomi masyarakat di daerah tersebut adalah kriteria masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah yang sepatutnya menjadi prioritas pelayanan BPJS.

Hal semacam inilah yang terus menjadi pendorong komunitas DentsDo untuk terus bergerak. Karena bagi mereka, mengabdi adalah harga mati. Bahwa dokter-dokter sebagai tenaga kesehatan perlu turun untuk dapat merasakan secara langsung pengabdian ilmu yang sebenarnya.

“Kita sebagai dokter, dengan ilmu kita nantinya kan akan dimintai pertanggung jawaban. Dengan melakukan kegiatan ini, kita mencoba untuk bergerak memberikan pelayanan kesehatan yang merata di masyarakat. Karena sudah menjadi keniscayaan bagi teman – teman DentsDo untuk terus bermimpi, mengabdi dan memberi arti,” kata Eci saat menutup acara Indonesia Unjuk Gigi.