Jakarta -
Sakitnya gigi tid
ak
ad
a y
ang meng
al
ahk
an y
a, Bund
a. S
akit di gigi bis
a ber
akib
at pusing tid
ak kep
al
ang, nyeri di b
agi
an mulut, hingg
a tid
ak bis
a m
ak
an d
an tidur.
S
al
ah s
atu bentuk pengob
at
an y
ang
ad
a ad
al
ah
pencabutan gigi. Sebu
ah k
at
a y
ang mungkin men
akutk
an bu
at seb
agi
an or
ang. T
api deng
an
ad
any
a perkemb
ang
an teknologi, penc
abut
an gigi mungkin tid
ak
ak
an diperluk
an l
agi.
Demiki
an dis
amp
aik
an drg.Diono Susilo seb
ag
ai Sekret
aris Jender
al Pers
atu
an Dokter Gigi Indonesi
a (PDGI) d
al
am jump
a pers Indonesi
a Dent
al Exhibition &
amp; Conference (IDEC) 2019 di k
aw
as
an Sen
ay
an, J
ak
art
a, R
abu (14/11).
Jump a pers IDEC di J ak art a Foto: Zik a Z akiy a |
"Akan ada beberapa sistem dan tata laksana yang lebih nyaman untuk pasien dengan adanya kemunculan teknik dan tekonologi baru. Yang tadinya gigi dicabut, dengan tata laksana yang bagus, sistemnya akan berubah," kata drg.Diono yang akan berperan sebagai Ketua IDEC 2019.
Selain untuk metode penyembuhan, metode pengobatan pun kini sudah dengan teknologi CDCT di mana gigi yang bermasalah bisa diketahui melalui foto 4D. "Dengan begitu, gigi bermasalah bisa didiagnosa secara tepat dan bisa dilihat dari segala sisi, seperti lihat boneka, diputar kemana saja bisa," tambahnya.
Ilustr asi s akit gigi Foto: ilustr asi/thinkstock |
IDEC sendiri akan digelar pada 13 - 15 September 2019 mendatang. Di mana pesertanya adalah 229 brand eksibitor dan lima pavilion nasional dari 13 negara. Tujuan utamanya adalah transfer ilmu, teknologi, dan perkembangan dunia dokter gigi dari ranah internasional ke nasional.
Dikatakan Dr.drg.Hananto Seno,SP.BM,MM, bahwa gelaran IDEC juga menjadi langkah dimulainya standar internasional pada pengobatan gigi di Indonesia. Dengan demikian, teknologi dan pengetahuan dokter gigi bisa lebih maju dari apa yang dipaparkan secara gamblang di dunia maya.
"Kita menggelar IDEC supaya ada standar internasional dan punya gambaran teknologi terbaru. Kita bisa lebih maju dengan mengadopsi (teknologi) supaya kita ngga ketinggalan," ujar drg.Hananto yang juga Ketua Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI).
Bukan tidak mungkin, dengan penyerapan teknologi yang ada, Indonesia akan mampu memproduksi perangkat kedokteran sendiri di masa depan.