Semarang - Orang nomor satu di Indonesia yaitu Presiden
Joko Widodo (Jokowi) ternyata kerap sakit gigi, lho. Dokter gigi yang menangani presiden pun harus siap jika ada panggilan darurat.
Salah satu tim dokter kepresidenan yang menangani masalah gigi adalah Dr drg RM Sri Hananto Seno, SpBM(K), MM. Ia pun berbagi sedikit cerita menangani masalah gigi presiden sejak masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono hingga Jokowi saat ini.
"Saya dokter gigi presiden sejak tahun 2004, pak SBY. Biasanya kalau beliau-beliau saat ada keluhan saja," kata Hananto di sela acara Rakernas XII PDGI dan Seminar Ilmiah Nasional Kedokteran Gigi di hotel Patra Semarang, Jumat (25/1/2019).
Hananto mengatakan permasalahan gigi wajar dimiliki siapa saja termasuk Presiden sekalipun. Bahkan hasil riset menunjukkan 92 persen orang Indonesia memiliki permasalahan gigi. Presiden Jokowi pun termasuk yang kerap memeriksakan gigi.
"Beliau itu kan sibuk sekali, beliau sepertinya lebih sering sakit gigi dari pada sakit yang lainnya," ujarnya.
Dari catatan detikcom, dulu Jokowi kerap memeriksakan gigi ke Pusat Layanan Kesehatan Pusyankes) Balai Kota DKI Jakarta. Namun kini pemeriksaan dilakukan di RSPAD Gatot Subroto.
"Keluhannya standar saja, kayak orang-orang biasa," ujarnya.
Presiden sebenarnya memiliki dokter pribadi, namun Hananto juga ikut menangani karena harus ada tim agar tidak salah diagnosa dan penanganan. Hal yang paling berkesan adalah ketika Hananto menangani Presiden dengan pengawasan Paspampres.
"Saya dalam hati ini orang nomor satu rasanya menangani memang beda, tapi saya berpikiran "saya rajanya" di sini. Kalau saya berpikir saya anak buahnya pasti saya gemetaran," katanya sembari tertawa.
Pria asal Solo tersebut juga menangani wakil presiden dan mantan-mantan presiden. Maka ia pun harus siap sewaktu-waktu jika ada panggilan. Pernah suatu saat ia sedang ada di Yogyakarta dan kudu kembali ke Jakarta karena ada panggilan. Waktu untuk menangani pemeriksaan pun kadang harus menyesuaikan presiden karena kesibukan yang luar biasa.
"Pernah di Yogyakarta jam 11.00, jam 15.00 harus di Jakarta. Jadi memang harus siap," pungkas Hananto.