Gigi termasuk salah satu organ tubuh yang dikenal sangat tangguh. Meski begitu, ada berbagai hal tak terduga yang bisa menyebabkannya rusak dan bahkan patah. Karena satu atau lain hal, gigi bisa gompal sebagian atau bahkan hampir seluruhnya, hingga terkesan ompong. Apa saja penyebab gigi patah, dan bagaimana cara mencegahnya sebelum terjadi pada Anda?
Macam-macam penyebab gigi gampang patah
Cedera yang menghasilkan tekanan besar pada area rahang adalah penyebab tersering dari gigi patah. Misalnya, jatuh tersungkur hingga wajah terantuk permukaan aspal; wajah terbentur kemudi mobil saat terlibat kecelakaan lalu lintas; sampai cedera olahraga, misalnya wajah terhantam tendangan bola. Pukulan benda tumpul ke wajah selama perkelahian juga dapat menyebabkan cedera pada area mulut dan gigi.
Selain karena trauma, menggigit sesuatu yang keras (misalnya menggigit es batu, ujung pensil/pulpen) dan mengunyah makanan terlalu kencang juga berisiko membuat gigi patah. Risiko ini terutama tinggi pada orang-orang yang giginya sudah lebih dulu bermasalah, seperti berlubang, ditambal, sudah pernah menjalani perawatan root canal, hingga terkikis karena punya kebiasaan mengencangkan rahang atau menggemeretakkan gigi (bruxism).
Gigi yang sudah lemah atau tidak utuh tersebut berisiko mudah patah karena dipaksa menahan beban lebih besar dari yang dimampu. Tekanan besar itu akhirnya meretakkan permukaan gigi dan membuatnya patah.
Cepat ke dokter gigi saat gigi patah
Gigi yang patah atau sompek sedikit umumnya tidak terasa sakit. Kebanyakan justru pemicunyalah yang menyebabkan sensasi nyeri di sekitar mulut dan rahang. Misalnya akibat jatuh atau terpukul. Untuk mengatasi rasa sakitnya, Anda bisa segera minum obat pereda nyeri seperti paracetamol dan berkumur air garam hangat jika gusi terasa nyut-nyutan. Apabila ada perdarahan dalam mulut, tekan sumber lukanya dengan kapas steril hingga aliran darahnya berhenti.
Terlepas dari seberapa kecil patahannya dan apa pun penyebabnya, Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter gigi dalam 24 jam setelah kejadian. Sebab, patahnya gigi dapat menyebabkan saraf gigi mati secara perlahan. Apalagi jika bagian dalam gigi (dentin) sampai terbuka dan terekspos. Gigi yang mati (nekrosis) dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti timbulnya abses atau nanah pada gigi. Hal ini mengakibatkan meningkatnya risiko infeksi pada gigi.
Jika Anda masih memiliki sisa patahannya, bawa serta ke dokter. Pada beberapa kasus, patahan gigi bisa langsung dipasang kembali dengan tambalan. Namun, cara penanganannya juga akan tergantung pada seberapa luas dan dalam patahnya. Jika patahan gigi mencapai email atau dentin, gigi yang patah dapat ditambal langsung.
Apabila patahannya sampai memperlihatkan pulpa (saraf gigi), gigi harus dirawat terlebih dahulu sebelum ditambal atau dibuatkan mahkota tiruan (crown gigi). Apabila patahan meluas hingga akar, biasanya sisa gigi yang ada harus dicabut dan diganti dengan gigi palsu.
Kemudian jika selama pemeriksaan, dokter melihat adanya luka pada gusi atau pipi dalam mulut, mereka juga sekaligus akan mengatasinya guna mencegah risiko infeksi.
Cara merawat gigi yang patah
Gigi patah yang sudah dikembalikan ke bentuk semulanya harus dirawat terus, karena gigi tersebut berisiko untuk patah kembali.
Utamanya, hindari tekanan berlebih pada gigi. Jangan mengunyah makanan keras dalam beberapa hari pertama setelah perawatan dan sebisa mungkin hindari cedera pada gigi.
Setelah perawatan di dokter, Anda juga tetap harus menjaga kebersihan gigi dengan menggosok gigi dan berkumur dua kali sehari. Jangan lupa juga untuk kontrol gigi ke dokter sekitar 3-6 bulan setelah kejadian untuk melihat kondisinya.
Bagaimana cara mencegah agar gigi tidak gampang patah?
Risiko gigi patah bisa dihindari dengan rajin merawat kesehatan gigi dan menjaganya dari kemungkinan cedera lewat beberapa hal berikut:
- Hindari risiko cedera (benturan) pada area kepala dan wajah.
- Gunakan mouth guard atau face cage ketika berolahraga yang berisiko cedera tinggi, seperti olahraga tinju atau sepak bola.
- Hindari kebiasaan buruk seperti menggeretakan gigi, gigit kuku atau pensil, dan hal lainnya yang dapat menyebabkan gigi patah.
- Hindari mengunyah makanan yang terlalu keras seperti es batu atau tulang.
- Jaga kebersihan gigi agar gigi tidak berlubang.
- Gunakan gigi tiruan pada gigi yang telah ompong.