Bagi masyarakat Indonesia, khususnya generasi sekarang, istilah siwak mungkin terdengar asing di telinga. Siwak yang merupakan sebatang ranting kayu untuk membersihkan gigi sejak zaman dahulu ini lazim digunakan oleh masyarakat di negara Timur Tengah.
Di era sekarang, di mana sikat gigi mengalami inovasi yang pesat mulai
dari bentuk maupun bulunya, semakin sedikit orang yang mengenal siwak,
meskipun masih ada juga yang menggunakannya untuk membersihkan gigi dan
mulut sehari-hari.
Melihat
bentuk sikat gigi tradisional yang sangat sederhana ini, tak sedikit
orang yang merasa jijik dan menganggap bersiwak itu nggak higienis. Padahal,
anggapan ini jelas keliru karena faktanya siwak terbukti menyimpan
semua khasiat yang ada di dalam sikat maupun pasta gigi yang ada
sekarang, bahkan lebih. Ulasan berikut ini akan mengenalkan sekaligus
membuka pikiranmu terhadap siwak, ranting kayu ajaib yang ampuh
bersihkan gigi dan mulut para leluhur zaman dulu. Yuk simak bareng
Hipwee News & Feature!
Diyakini, siwak telah digunakan lebih
dari 7000 tahun. Penyebutannya sendiri pun berbeda-beda di masing-masing
negara yang menggunakannya
siwak telah digunakan beribu tahun lalu via snap361.com
Dari penelusuran sejumlah sumber, siwak diyakini telah digunakan
ribuan tahun yang lalu oleh kerajaan kuno dari Babilonia, Yunani hingga
Romawi dan peradaban Mesir, dilansir Arab News.
Pada perkembangannya, pemanfaatan siwak menyebar hingga kawasan Timur
Tengah. Berabad kemudian, membersihkan gigi dan mulut dengan siwak telah
menjadi tradisi yang mendunia, termasuk di negara-negara Muslim. Di
berbagai negara yang menggunakannya, siwak memiliki sebutan yang
berbeda-beda. Sementara masyarakat di jazirah Arab menyebutnya dengan siwak, masyarakat Tanzania menamakannya dengan sebutan miswak. Sedangkan, warga Pakistan dan India menyebutnya datan.
Meski bisa diekstrak dari berbagai jenis pohon, siwak lebih populer dibuat dari batang pohon arak yang tumbuh subur di kawasan Timur Tengah dan Afrika
Di antara beragam jenis bahan pembuat siwak, pohon arak (Salvadora persica)
adalah yang paling umum digunakan. Tanaman ini diduga berasal dari
kawasan Persia yang kemudian menyebar ke wilayah-wilayah lain di
sekitarnya. Ranting kayu yang dikenal dengan nama siwak berasal dari
pohon arak (Salvadora persica). Pohon arak termasuk pohon kecil
atau semak belukar yang tumbuh subur di Jazirah Arab dan sebagian benua
Afrika. Batang siwak beraroma mirip seledri, terasa agak pedas dan
segar bila digigit. Setelah dikelupas kulit kayu dan digigit-gigit
batang kayunya, maka akan membentuk seperti kuas dan berserat lembut.
Serat inilah yang difungsikan sebagai pembersih gigi.
Bukan cuma teksturnya yang lembut, siwak juga punya kandungan alami
seperti yang ada dalam pasta gigi. Khasiatnya lengkap, mulai dari
mencegah kerusakan gigi hingga mengurangi risiko kanker mulut
Dalam
beberapa penelitian yang dilakukan oleh WHO dan organisasi kesehatan
independen lainnya, ditemukan fakta bahwa orang yang menggunakan siwak
secara teratur akan memerlukan perawatan gigi yang lebih sedikit
ketimbang mereka yang menggunakan sikat gigi dan pasta gigi, seperti
dilansir StyleCraze. Siwak punya 19 bahan aktif termasuk trimethylamine yang punya efek antibakteri, silika yang mampu mengabrasi plak, fluoride
untuk menjaga enamel, hingga minyak atsiri sebagai
aromaterapinya. Siwak juga mengandung zat alami lain yang ampuh mencegah
perdarahan pada gusi dan mengurangi risiko kanker mulut.
Pada tahun 1986, WHO pernah menyarankan penggunaan siwak
untuk membersihkan gigi dan menjadikan siwak sebagai komoditas kesehatan
yang perlu dibudidayakan. Wah, luar biasa!
Tahun lalu, siwak juga pernah dipopulerkan kembali dan dijual mahal di Eropa lho!
Dilansir Buzzfeed,
sebuah perusahaan di Republik Ceko bernama Yoni, pernah meluncurkan
sebuah produk baru untuk membersihkan gigi dengan nama ‘Miswak’.
Sebetulnya produk ini nggak benar-benar baru, sebab miswak atau siwak
sudah digunakan sejak lama. Yoni mengkampanyekan siwak kembali
sebagai sebuah produk alami yang kaya mineral penting untuk kesehatan
gigi dan mulut. Harga yang ditawarkan untuk satu siwak saat itu adalah
3,9 euro atau setara dengan Rp 55 ribu.
Namun,
mengingat penggunaan siwak sudah populer sejak ribuan tahun lalu,
beberapa warganet menjadikannya sebagai lelucon. Hingga muncul kembali
sindiran soal Eropa yang kerap memodernisasi hal-hal yang sudah terjadi
di belahan dunia lain, padahal sudah jadi tradisi lama. Meski begitu,
inisiatif Yoni patut diapresiasi.
Meski
terlihat kuno dan posisinya seolah telah tergantikan oleh sikat dan
pasta gigi, namun faktanya membersihkan gigi menggunakan siwak akan
memberikan keuntungan lebih ketimbang menggunakan sikat dan pasta gigi.
Kalau tersedia sih, Hipwee dengan senang hati sih bakal pakai siwak~