SEMARANG, suaramerdeka.com - Pemahaman
masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut pada umumnya hanya sebatas
menyikat gigi. Padahal tidak hanya sebatas itu. Maka itu perlu memberi
edukasi ke masyarakat, terkait kesehatan gigi dan mulut.
Demikian sambutan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang dibacakan
Assisten III Bid Administrasi, Drs Budi Wibowo MSi, di Rakermas XII
PDGI dan Seminar Ilmiah Nasional Kedokteran Gigi yang diselenggarakan
Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dengan Sensodyne Rapid Relief, di
Hotel Patra & Convention Centre Semarang, Jumat (25/1).
Budi menambahkan, sebuah studI menemukan bahwa gangguan kesehatan
gigi dan mulut bisa berpotensi ke penyakit lainnya. Terkait hal itu
manfaatkan waktu untuk membicarakan kesehatan gigi dan mulut ke
masyarakat.
"Sepertinya sepele, namun manfaatnya cukup besar. Selain itu kegiatan
ini bisa menjadi evaluasi akan pemeriksaan dan kesehatan gigi dan
mulut. Karena kesehatan gigi dan mulut adalah cerminan kesehatan kita,"
kata Budi Wibowo, yang dilanjutkan memukul gong membuka Rakernas XII
PDGI dan Seminar Ilmiah Nasional Kedokteran Gigi.
Sementara sebagai pembicara Dr drg Yuniarti Soeroso Sp Perio (K)
menyebutkan, gigi sensitif adalah gangguan klinis yang umum terjadi
berupa ngilu, nyeri yang tajam pada dentin gigi dalam kondisi terbuka.
Gangguan ini terjadi saat terkena rangsangan suhu panas dan dingin, atau
kandungan kimiawi asam dan manis pada makanan serta minuman.
Gigi sensitif disebabkan karena dentin terbuka yang dipicu atrisi
atau hilangnya struktur gigi akibat gesekan dengan gigi yang berlawanan.
Gigi erosi berarti terjadi kerusakan kimia pada lapisan pelindung
enamel karena asam dalam makanan dan minuman, dan abrasi yaitu keausan
mekanis gigi.
Gigi sensitif dapat mengganggu keseharian hidup pasien, terutama
generasi muda. "Ironisnya, lebih dari 50 persen belum memeriksakan gigi
ke dokter gigi dan memilih menahan rasa ngilunya," kata Yuniarti.
Dia melanjutkan, mengapa penderita gigi sensitif mayoritas generasi
muda? "Karena generasi muda banyak aktivitas dengan mobilitas tinggi,
sehingga tak sempat merawat kesehatan giginya," jelasnya.