UNAIR NEWS – FDI World Dental Federation menetapkan “Say Ahh: Act on Mouth Health” sebagai tema World Oral Health Day 2019
yang jatuh pada Rabu (20/3/2019). Tema itu dipilih sebagai imbauan
kepada masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Gigi
(FKG) Universitas Airlangga, ditemukan sebuah penemuan yang menarik.
Topik mengenai gigi dan mulut menjadi hal yang jarang diakses dalam
mesin pencari informasi.
Kenyataan tersebut menjadi tantangan bagi para penggiat kesehatan
gigi masyarakat. Tepatnya untuk terus berinovasi dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan gigi dan
mulut. Hal itu diungkapkan oleh Dr. Taufan Bramantoro, drg., M. Kes.,
ketua Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat FKG UNAIR.
”Karies gigi dan karang gigi masih menjadi dua permasalahan utama
yang sering terjadi di masyarakat,” terang Dr. Taufan saat ditemui di
Departemen IKGM FKG UNAIR.
Sebagian masyarakat menilai bahwa kesehatan gigi dan mulut bukan
merupakan sesuatu yang krusial. Dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2018, proporsi masalah gigi dan mulut mencapai 57,6 persen. Sementara,
proporsi perilaku menyikat gigi dengan benar hanya 2,8 persen. Di lain
sisi, banyak sekali penelitian yang menjelaskan mengenai pengaruh
kesehatan gigi dan mulut dengan kesehatan serta kualitas hidup seseorang
secara umum.
Bahkan, sebuah data di Amerika menyebutkan bahwa sedikitnya 53 juta
jam belajar anak sekolah dasar di sana hilang karena masalah gigi dan
mulut. Masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak juga dapat
mempengaruhi fungsi pengucapan serta menghambat masuknya makanan
sehingga dapat mempengaruhi kualitas gizi seorang anak.
”Begitu juga dengan beberapa penelitian terkait pengaruh masalah gigi
dan mulut dengan ibu hamil. Di mana hal tersebut dapat menjadi faktor
pemicu terjadinya kelahiran prematur atau pun juga preeklamsia,” jelasnya.
Lantas, mengapa permasalahan gigi dan mulut dapat mempengaruhi
kesehatan seseorang? Menurut Dr. Taufan, di dalam mulut terdapat banyak
bakteri. Sementara, gigi sendiri memiliki struktur yang terhubung dengan
jaringan pembuluh darah lain pada tubuh.
Ketika terjadi kerusakan, areal pembuluh darah akan terbuka dan
memicu infeksi. Bila tidak ditangani lebih lanjut, itu dapat menyebabkan
penyakit lainnya.
”Gejala yang terlihat tidak selalu rasa sakit. Tapi, ketika gigi
sudah mulai berlubang atau gusinya berwarna kemerahan hingga
mengeluarkan darah, itu tanda-tanda bahwa sudah terjadi suatu
peradangan. Harusnya jangan tunggu parah dulu baru periksa,” imbuhnya.
Persoalan lain terkait kesehatan gigi dan mulut adalah perawatan gigi
yang tidak sesuai prosedur. Dr. Taufan memberikan contoh, di mana
terdapat kasus pemasangan gigi palsu oleh yang bukan ahli dengan tidak
semestinya. Pada kemudian hari, sang pasien mengalami infeksi dan
berakibat pada penyakit kanker rongga mulut. Hal-hal seperti itulah yang
kemudian menjadi alasan penting untuk mengampanyekan pentingnya
kesehatan gigi dan mulut.
”Selama ini berbagai kebijakan memang telah dilakukan baik dalam
skala kecil maupun besar. Namun, belum maksimal karena masih dilakukan
secara parsial. Sehingga diperlukan suatu upaya yang lebih komprehensif,
baik dari segi kebijakan pemerintah, sumber daya manusia dan pendekatan
kepada masyarakat,” pungkasnya. (*)