TEMPO.CO, Jakarta - Jangan sepelekan lubang pada gigi. Konon, bila dibiarkan bisa memicu sejumlah penyakit mematikan seperti jantung atau stroke.
Jika benar demikian, bagaimana kuman di gigi bisa berpindah ke sejumlah organ vital lain? Drg. Bambang Nursasongko SpKG(K) dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk Jakarta Barat menjelaskan gigi memiliki banyak bagian, di antaranya email, dentin, dan pulpa. Efek lubang pada email dan dentin tidak seburuk pada pulpa.
Jika lubang gigi mengenai pulpa, waspadalah, mengingat di pulpa ada pembuluh darah. Kuman dan bakteri bisa jalan-jalan melalui pembuluh darah ke organ vital lain termasuk jantung.
“Itu sebabnya, sekali gigi berlubang akan berlubang terus. Berbeda dengan kulit. Ketika kulit terluka, ia punya mekanisme untuk menutup luka melalui regenerasi sel. Sementara gigi yang rusak sama seperti tembok. Saat retak atau berlubang, ya harus ditambal. Kalau sudah sampai pulpa, solusinya pulpa itu harus dibuang. Namanya perawatan saluran akar. Dulu orang menyebutnya perawatan saraf,” kata Bambang.
Sayang, awam sering meremehkan lubang pada gigi. Mereka berpikir, nanti kalau lubangnya sampai ke saraf, sarafnya tinggal dicabut, habis perkara. Bambang mengingatkan, gigi yang telah kehilangan saraf tidak ada manfaatnya.
Sama seperti tangan yang tidak punya saraf, ia tidak mampu merasakan panas meski dibakar. Senada dengan Bambang, spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta, dr. Erik Rohmando Purba, SpPD., menyebut beberapa penelitian medis menunjukkan bahwa gangguan gigi berhubungan dengan penyakit stroke dan jantung koroner.
“Gigi berlubang memicu gingivitis atau peradangan gusi. Jika dibiarkan, ia menjelma menjadi periodontitis yakni infeksi pada gusi yang merusak jaringan lunak, menghancurkan tulang penyangga gigi, dan meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan masalah kesehatan serius lain. Periodontitis adalah peradangan yang berlangsung selama berbulan-bulan,” jelas Erik.